Episode 2: Halo, Nona!
Bagaimana kabarmu?
Masihkah menanti Tuan pengecut yang meninggalkanmu pergi?
Membiarkanmu ditawan rindu yang tak sanggup ditebus dengan temu.
Nona, aku kurang pandai merangkai kata.
Hingga tanpa sadar membiaskan arti kata perhatian dan peringatan.
Pun aku lupa bahwa kebanyakan perhatian akan bermuara pada pengharapan.
Nona, aku masih memperhatikanmu dari jauh.
Kau tahu, tingkatan rindu paling tinggi ialah ketika perindu menggenggam erat rindunya, amat erat karena tak ingin rindunya salah alamat, lantas mendoakan dalam diam.
Ya, aku melakukannya.
Aku hanya ingin merindumu dengan cara yang elegan.
Nona, bukankah aku pernah mengatakan bahwa aku akan menjadi lelaki sejati.
Maaf aku takkan mengulanginya berkali-kali.
Aku tak ingin kau mengingatnya sebagai sebuah janji.
Aku akan kembali, Nona.
Itu bila kau sanggup untuk menungguku.
Jika tidak, pergilah..
Tinggalkan aku seperti aku meninggalkanmu menangis di persimpangan jalan tempo hari.
Meski artinya aku harus merelakan hatiku terpatahkan dua kali.
Yang selalu mendoakan bahagiamu,
Tuan yang sedang mencari jalan pulang
Maaf aku takkan mengulanginya berkali-kali.
Aku tak ingin kau mengingatnya sebagai sebuah janji.
Bisakah kau sabar sebentar?
Itu bila kau sanggup untuk menungguku.
Jika tidak, pergilah..
Tinggalkan aku seperti aku meninggalkanmu menangis di persimpangan jalan tempo hari.
Meski artinya aku harus merelakan hatiku terpatahkan dua kali.
Yang selalu mendoakan bahagiamu,
Tuan yang sedang mencari jalan pulang
EPISODE 1: Kepada Tuan yang Menghilang
EPISODE 3: Surat Cinta Salah Alamat
ummmm ini kayak kisah Ran dan Shinichi :(((((
ReplyDeleteKalo udah oky berimajinasi entah kenapa selalu terhanyut sama tulisannya, auuk ngape.. nyehehe kusukak :D
ReplyDeletesemoga si tuan cepat menemukan jalan pulangnya :p
@Kak Ca Ya:
ReplyDeleteSyedih ya kak. Kasian Ran..:"
@Kak Dacip:
Yaampun kakaaak >.< Aku jadi terhura