Mari Mengenal IUFD

Feb 12, 2019

Mari Mengenal IUFD


Assalamualaikum

Hae.
Setelah cerita pengalaman Blighted Ovum (BO) kemarin yang di link INI, sekarang mari kita lanjutin cerita tentang pengalaman IUFD alias Intra Uterine Fetal Death alias Kematian Janin Dalam Kandungan alias KJDK. Tapi mungkin ceritanya sebisanya aja ya. Karena kata dokter aku harus bahagia...
Hiks.


Oke, sebelum mulai mari kita awali dengan sebuah pertanyaan.

Apa sih bedannya IUFD dengan keguguran?

Konon katanya kalau usia kandungan sudah di atas 20 minggu atau berat janin udah 500gr dan organnya sudah lengkap, itu disebut dengan IUFD. Tapi kalo di bawah itu disebut keguguran atau abortus. Selain beda istilah, beda pula penanganannya. Kalo IUFD sang ibu harus melalui proses melahirkan layaknya ibu-ibu kebanyakan, kalo keguguran itu biasanya dikuret karena memang belum terlalu besar.

Gitu.

Sus, janin saya kok ndak ada gerakannya ya? Sudah dipancing makan yang manis, minum air dingin, tetep ndak respon.


Sebuah pertanyaan yang begitu menakutkan, tapi emang kudu ditanya. Setelah pertanyaan naik ke permukaan, suster jaga langsung panggil bidan buat cek detak jantung pake doppler. Sambil didoppler sambil diintrogasi dengan berbagai macam pertanyaan yang bikin deg-degan.


Secara medis, penyebab IUFD ada banyak. Bisa kelainan kromosom, ketidakcocokan golongan darah & rhesus, penyakit & infeksi pada ibu hamil, gerakan janin yang berlebihan, trauma saat hamil, mitos, mistis, dll. Dalam kasus saya kemarin, dokter memperkirakan terlilit tali pusar. Karena memang ndak ada trauma macem jatuh atau kepentok sebelumnya. Nah, lilitan tali pusar inilah yang kata dokter ndak bisa dicegah ataupun diprediksi. Buat yang tau mohon koreksi kalau salah ya..


Itulah kenapa pemeriksaan rutin itu penting. Kalau sudah di atas 28 minggu, periksanya mulai 2 minggu sekali. Kalo udah di atas 36 minggu mulai seminggu sekali. Dan penting juga mencatat pergerakan janin harian. Dimana minimal janin aktif bergerak sebanyak 10 kali perhari. Kalo kurang dari itu, langsung periksa ya.


Yang sedikit menyakitkan dan bikin pikiran adalah ketika pekan sebelumnya tepat di hari Senin, 3 Desember 2018, saya baru aja periksa ke dokter dan katanya semua baik-baik aja..


Oke lanjut.

Jadi investasi akhirat iboo & ayah ya, dek..


PERSALINAN IUFD

Setelah dinyatakan meninggal dalam kandungan, dokter mempersilakan untuk pulang dan menenangkan diri dulu. Setelah itu disuruh hubungi dokter lagi kalau sudah siap untuk melakukan induksi agar bisa melahirkan secara normal.


Pasien dengan kasus IUFD memang disarankan untuk melahirkan secara normal. Agar pemulihannya cepat dan bisa program lagi pun biayanya ndak semahal caesar. Tapi permasalahan biasanya ada di keluarga sang pasien. Keluarga yang penuh perhatian itu akan terus memberikan saran untuk segera operasi. Karena khawatir dengan adanya janin yang sudah tidak ada itu di dalam kandungan.

Sedih.

Dedek kan bukan penyakit, ya? :"


Dokter bilang, insya Allah prosesnya akan cepat asalkan tenang dan jangan dibawa stres. Lah, ini malah justru banyak tekanan dari pihak luar. Padahal bayi IUFD emang ndak serta merta harus dikeluarkan sesaat setelah diketahui meninggal, kecuali ada masalah medis yang membahayakan ibu. Batasan maksimalnya itu ndak boleh lebih dari 2 pekan (14 hari). Nah, kan...


Induksi emang proses yang panjang dan butuh kesabaran. Waktu itu induksi dimulai hari Selasa, 11 Desember 2018 ba'da Maghrib selepas ujian CPNS. Yap, ujian di atas ujian kehidupan.
Kontraksi-kontraksi kecil mulai berasa tiap 10 menit sekali. Infus pertama habis waktu subuh hari Rabu, 12 Desember 2018. Dan begitu diperiksa, alhamdulillah sudah bukaan satu. Setelah mandi dan sedikit menikmati kehidupan tanpa infusan, induksi dilanjutkan dengan pesan dari bu bidan boleh jalan-jalan. Dipinjemin gym ball juga untuk mempercepat pembukaan.


Nah, ini penting. JALAN-JALAN & GYM BALL.
Konon katanya ibu hamil emang kudu memberdayakan diri untuk bisa melahirkan normal. Induksi itu cuma perantara. Jangan lantas ketika diinduksi cuma tiduran dan nunggu pembukaan. POKOKNYA JANGAN!


Setiap perempuan kudu belajar. Karena tingkat persalinan secara SC sekarang ini makin tinggi. Bukan karena ketidakmampuan, tapi karena kurang belajar. Kita harus yakin dan percaya kalau Allah udah menciptakan tubuh kita dengan sangat sempurna. Tubuh perempuan udah dirancang sedemikian rupa untuk bisa melahirkan secara normal. Kecuali memang ada penghalang yang secara medis ndak memungkinkan untuk melahirkan secara normal.
Haseeeeek..

Jadi apa aja yang perlu dipelajari sih?
Hal yang paling penting adalah teknik pernapasan. Ini akan berguna saat kalian dilanda badai kontraksi yang kian lama kian menyakitkan. Kalau kalian ndak menguasai teknik pernapasan, kalian bakal kelelahan dan berakibat pada kehabisan tenaga. Banyak kasus dimana ketika kontraksi melanda, ibu-ibu malah teriak-teriak, nyakar-nyakar suami, uring-uringan, dan segala macem yang sering dipertontonkan di sinetron. Tapi percaya deh, ITU SALAH BESAR. Yang bener adalah ketika kontraksi itu dateng, kalian harus tenang dan mulai mainkan teknik pernapasan perut. Kalo terasa makin menyakitkan, bisa tidur miring ke kiri untuk ngurangin nikmatnya rasa kontraksi. Jangan lupa sambil ngemil-ngemil centil simpen tenaga untuk pertarungan yang sebenarnya.
Haseeeeek...


Oiya ada lagi
Latihan prenatal yoga, ngepel jongkok, sujud lama juga penting loh gais..


Oke, lanjut.


Jam 2 siang, ketika kontraksi makin intens dan menyakitkan sampe bisa meluluhlantahkan pertahanan teori teknik pernapasan yang udah dipelajari, bidan dateng untuk cek pembukaan dan alhamdulillah udah pembukaan 6. Langsung pindah ke kamar bersalin untuk menikmati kontraksi yang makin tanpa jeda dan bikin ndak berdaya. Perjuangan seorang ibu begitu luar biasa ternyata. Salut buat ibu-ibu yang masih bisa teriak-teriak pas kontraksi sih..
Da aku mah ndak sangghuuup..


Ndak lama kemudian, bidan dateng bilang pembukaan udah lengkap. Tapi dokternya belom dateng. Tantangan selanjutnya adalah ngeden. Ndak gampang ternyata. Soalnya belajarnya belum selesai. Belum sampe bab ini. Hiks.

Kita cuma boleh ngeden ketika kontraksi dateng. Butuh 3 kali usaha waktu itu. Usaha pertama pas kontraksi dateng belum tau gimana caranya ngeden. Kata bu bidan ngeden aja kayak mau pup. Usaha kedua begitu kontraksi dateng, langsung naikin kaki, terus ngeden tapi keluar suara. Terus akutu dimarahin sama bu bidannya. Katanya jangan bersuara. LAH BU, SAYA LIAT DI TIPI-TIPI KALO MELAHIRKAN PAKE SUARA.. EEEEEEKKKKKHHHHH... Gitu.
Sekali lagi saya tertipu sodara-sodara..
Tolong dong KPI, itu tayangan-tayangan yang menyesatkan ditarik dari peredaran.


Lanjut ke usaha ketiga. Begitu gelombang cinta datang, langsung ngangkang, dan ngeden tanpa suara bagaikan pup dengan bahagia. Dan BYAAAAR! Keluar sudah. Rasanya kayak apa? Ya kaya abis sembelit berhari-hari, mau pup belum bisa, dan akhirnya keluar juga. Lemes.


Udah? Selesai?
Tidak secepat itu, Fulgoso..


Setelah itu masih ada proses penjahitan yang sangat amat memilukan. Jadi sebenernya saya tuh ndak ada yang robek. Alhamdulillah yah. Tapi karena tangan bidannya nyenggol waktu lagi bersihin, jadinya harus dapet kenang-kenangan dari dokter berupa sedikit jahitan di perineum. Jangan ditanya ngilunya kayak apa.

Dokter: "Ayo ditaruh pant*tnya. Jangan diangkat."

Pasien: *cuma bisa pasrah tapi dalem hati ngedumel* "GIMANA CARA NARUHNYA DOK INI KENA TANGAN DOKTER AJA RASANYA MACEM APA TAUK. COBA JELASIN KE SAYA GIMANA CARANYA DOK. COBA JELASIN DOOOOK."


Alhamdulillah ndak nyampe seminggu jaitannya sembuh.


PASCA PERSALINAN IUFD

Setelah melalui proses yang dramatis itu, dunia terasa sepi. Orang-orang sibuk ngurus pemakaman dedek, sementara saya masih proses pemulihan. Sedih. Boong kalo ndak nangis sih.


Paginya alhamdulillah boleh langsung pulang setelah dokter visit dan konsul laktasi. Tapi ternyata penderitaan belum berakhir sodara-sodara. Kalau ibu-ibu lainnya setelah melahirkan harus berjuang supaya ASInya keluar, kami pasien IUFD justru sebaliknya, berjuang supaya ASI ndak keluar. Selain minum obat dari dokter yang cuma dikasih sedikit banget, pabrik ASInya pun kudu dibebat tekan alias diiket kenceng sekenceng-kencengnya. Soalnya kalo udah keluar bakal terus-terusan keluar, gitu katanya. Makanya harus dicegah supaya gak keluar.


Dan rasanya itulooooh...


Dibebat kenceng ndak nyaman, tapi kalo kendor dikit bisa bikin payudara bengkak dan rasanya nyut-nyutan kayak pengen meledak. Biasanya diikutin demam. Kalo udah kayak gitu, biasanya langsung ambil kol terus dimasukin ke freezer sekitar 10 menit. Abis itu ditempelin, baru dibebat. Nanti kalo udah ndak dingin, berubah warna macem kol goreng, dan menimbulkan bau, kolnya bisa diganti. Ini ilmu dari mbah gugel sih, tapi manjur loh. Kudu kreatif emang biar ndak dikit-dikit minum obat.


Kata dokter, tiap kali inget dedek, ada hormon cinta yang bekerja untuk menghasilkan ASI. Makanya disuruh happy, ikhlasin, dan OLAHRAGA. Yak, olahraga emang salah satu kunci pengalihan pikiran yang bisa ngurangin uring-uringan plus bikin sehat juga.

Dan satu lagi.

KURANG-KURANGINLAH LIAT MEDSOS.

Kadang bukan salah mereka yang posting hal-hal yang ndak kita inginkan, mungkin emang dada kita aja yang kurang lapang.


Ujian kehidupan itu sama kayak ujian sekolah. Harus serius biar naik kelas, kan? Harus serius sabarnya, serius tawakkalnya, serius ikhlasnya. Harus kuat. Dedek di sana pasti seneng kalo liat iboonya kuat. Harus bahagia, kan ditungguin dedek di surga. - Suamikuyangngakunyakeren.


Alhamdulillah 'ala kulli hal.

Wassalamualaikum

2 comments :

Maaf, wanita cantik yang anda hubungi sedang berada di luar jangkauan. Silakan tinggalkan pesan anda. Atau kirimkan pulsa ke nomor baru saya. Jangan ditelepon. Saya sedang di rumah pak polisi. Terima kasih :)